Pertimbangkan kemitraan antara pemerintah, otoritas keuangan dan bank untuk mempercepat program 3 juta rumah.

Jakarta – Pemerintahan Prabowo-Gibran sedang mempercepat program 3 juta rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Komitmen ini juga telah ditunjukkan oleh berbagai kementerian terkait, badan pengawas keuangan, dan perbankan.

Baca juga:

OJK mengklaim aset kripto berpotensi memacu pertumbuhan ekonomi Indonesia, berikut penjelasannya

Hal tersebut terungkap dalam dialog interaktif sesi kedua program “3 Juta Rumah” “Kerjasama Interaktif Pembangunan Rumah Bagi Penduduk” yang diselenggarakan oleh PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) bersama Kementerian Perumahan Rakyat dan Perumahan Rakyat. Pemukiman. ternyata. (PKP) di Jakarta, kemarin.

Menteri PKP Maruarar Sirait, Wakil Menteri PKP Fakhri Hamzah, Menteri Investasi dan Hilir/Kepala BKPM Rosan P Roeslani, Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara, Wakil Menteri BUMN Karthika Wirjoatmodjo, Wakil Menteri Lingkungan Hidup turut serta dalam acara tersebut. Diaz Hendropriono dan Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Dian Ediana Rae yang juga merupakan anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Baca juga:

Apa itu Joki Galbay di Pinjol? Pelajari cara kerjanya dan risikonya!

Fahri Hamzah mengatakan, program 3 juta rumah ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan Presiden Prabowo Subianto yang fokus menangani lapisan masyarakat paling bawah di Indonesia, yaitu mereka yang tidak terdaftar dan kehilangan tempat tinggal karena kerentanan ekonomi. kondisi tersebut, sehingga mereka terpaksa tinggal di daerah kumuh perkotaan, menjadi tuna wisma atau di rumah yang tidak layak huni.

“Misinya tidak hanya membangun rumah, tapi juga mengentaskan kemiskinan. Indonesia sudah mendekati 100 tahun kemerdekaan, namun masih banyak rumah yang belum memiliki fasilitas mandi-cuci-kakus (MCK), sehingga masyarakat buang air besar di sungai. “Kami pejabat datang dan pergi, waktu kami singkat, jadi kami tidak mau mengacau ketika mendapat amanah dari rakyat,” kata Fakhri dalam keterangannya, Sabtu, 30 November 2024.

Baca juga:

Pinjol Syariah: Apakah Field DC Gratis? Baca penjelasannya di sini!

Dialog gotong royong membangun perumahan bagi masyarakat.

Kemudian, untuk melaksanakan program 3 juta rumah, Kementerian PKP berencana menambah kuota likuiditas pembiayaan perumahan dari saat ini 220.000 rumah menjadi 800.000 pada tahun 2025. Rencana tersebut pun mendapat sinyal didukung oleh Kementerian Keuangan selaku pengatur APBN.

Dalam forum dialog tersebut, Maruarar Sirait mengatakan, rencana penambahan kuota FLPP dilakukan untuk mengatasi permasalahan terbatasnya kuota yang masih dialami hingga saat ini meski permintaan konsumen tinggi. Berdasarkan informasi Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu, saat ini ada sekitar 46.000 permohonan yang sudah mendapat persetujuan KPR dari BTN namun menunggu kuota FLPP dari negara.

“Sebuah program yang disukai semua orang pihak yang berkepentingan perumahan FLPP tapi kendalanya kuotanya terbatas. Padahal, kredit macet jumlahnya sangat kecil. Padahal, program terbaik adalah melakukan apa yang membuat semua orang bahagia sehingga kita bisa bekerja dengan bahagia. “FLPP merupakan program yang sukses dan jika ada program yang bagus dari era sebelumnya sebaiknya kita lanjutkan,” kata Maruarar.

Sesuai rencana Kementerian PKP, skema penyaluran pembiayaan sebagian FLPP akan diubah menjadi 50% dari pemerintah dan 50% dari perbankan agar tidak membebani keuangan masyarakat, jangka waktu atau jangka waktu pinjaman akan disesuaikan. bertambah menjadi 30 tahun, sehingga diangsur. itu akan lebih nyaman bagi penduduk. Saat ini porsi dukungan FLPP masih 75 persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan 25 persen dari perbankan, dengan jangka waktu 20 tahun.

Terkait hal tersebut, BTN menyatakan siap mendukung rencana Kementerian PKP menambah kuota FLPP. “Kami menyambut baik langkah penambahan kuota KPR subsidi dari biasanya 200.000 menjadi 800.000. Kami membahas aspek teknis pelaksanaannya. “Kami berharap ini bisa menjadi keputusan presiden,” kata Nixon.

Dari sisi pembiayaan, Nixon menyebut dibutuhkan dana lebih dari Rp70 triliun untuk menambah kuota FLPP menjadi 800.000 unit, jauh lebih besar dibandingkan pendanaan FLPP yang hampir Rp30 triliun. Jika skema alokasi bagi hasil antara APBN dan perbankan diubah menjadi 50-50 persen, BTN membutuhkan alternatif sumber pendanaan selain dana pihak ketiga biasa (TFP). Salah satunya adalah penerbitan obligasi dan pinjaman luar negeri yang nilainya bisa mencapai Rp 10 triliun hingga Rp 12 triliun.

“Selain menyiapkan DPK, kami ingin menerbitkannya obligasi (obligasi), tapi usulan kami obligasi itu bisa dijamin pemerintah, jadi lebih murah bagi kami dan size yang dihasilkan bisa lebih besar. “Kami juga sedang mencari jalur kredit luar negeri dan saat ini kami sedang melakukan pertemuan dengan sejumlah investor,” kata Nixon.

Dialog gotong royong membangun perumahan bagi masyarakat.

Dialog gotong royong membangun perumahan bagi masyarakat.

Senada dengan itu, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo saat dikonfirmasi mengatakan, pihaknya akan membahas dukungan regulasi likuiditas jangka panjang bagi BTN sebagai bank pelaksana FLPP bersama Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia. Dalam hal ini, Kementerian BUMN berharap obligasi BTN bisa dijamin oleh pemerintah.

“Kami sedang mencari cara untuk menerbitkan obligasi hingga 15 tahun untuk BTN agar BTN bisa punya hingga Rp 150 triliun per tahun. Memang tidak mudah, tapi kami akan menemukan skemanya. Idealnya, usulan kami adalah obligasi yang diterbitkan BTN bisa dijamin oleh pemerintah, kata Kartika.

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan Kementerian Keuangan telah menerima rencana penambahan kuota FLPP dan akan dibahas dalam pembahasan RAPBN 2025, selain itu Kementerian Keuangan juga mendukung ketersediaan sumber pembiayaan alternatif untuk mendukung pembiayaan jika skema pembiayaan diubah dukungan.

“Untuk bisa mendesain ulang FLPP, kita perlu menyesuaikan aturan yang ada dan penambahan kuota akan dibicarakan tahun depan karena ada perhitungan biaya, pendapatan, dan lain-lain,” jelas Suahasil.

Dialog gotong royong membangun perumahan bagi masyarakat.

Dialog gotong royong membangun perumahan bagi masyarakat.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai regulator industri perbankan dan keuangan mendukung upaya penerapan program 3 Juta Rumah. Dian Ediana Rae, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan sekaligus Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengumumkan akan memfasilitasi implementasi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 47 Tahun 2024 tentang Penghapusan Kredit Macet biaya pinjaman di bank umum naik menyelesaikan permasalahan yang dikeluhkan para pengembang tentang sulitnya pengajuan permohonan calon peminjam akibat kredit macet pinjaman online (pinjol).

“Jika pungutan tersebut dihapus, maka (kredit macet) petani dan nelayan yang terdaftar di Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) OJK akan otomatis terhapuskan. “Ini membantu mereka mengajukan kredit, termasuk KPR,” kata Dian.

Halaman berikutnya

“Program yang disukai seluruh pemangku kepentingan perumahan adalah FLPP, namun kendalanya kuotanya terbatas. Padahal, kredit macet jumlahnya sangat kecil. Padahal, program terbaik adalah melakukan apa yang membuat semua orang bahagia sehingga kita bisa bekerja dengan bahagia. “FLPP merupakan program yang sukses dan jika ada program yang bagus dari era sebelumnya sebaiknya kita lanjutkan,” kata Maruarar.

Halaman berikutnya



Sumber