Apakah Generasi Z sering bangkrut? Berikut 6 alasan utama mengapa hal itu jarang terjadi

Kamis, 31 Oktober 2024 – 14:24 WIB

Jakarta – Generasi Z atau Gen Z yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012 seringkali menghadapi tantangan finansial yang berbeda dibandingkan generasi sebelumnya. Meski tergolong generasi teknologi dan kreatif, hanya sedikit Gen Z yang merasa kesulitan dalam mengelola keuangannya.

Baca juga:

Melawan Kebangkrutan dan Utang, Berikut 8 Cara Menghimpun Dana Darurat untuk Gen Z

Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut, mulai dari tingginya biaya hidup hingga budaya konsumerisme yang berperan cepat menguras keuangan mereka. Selain itu, banyak Gen Z juga harus menghadapi utang online dan pekerjaan yang kurang stabil, sehingga menambah tekanan keuangan sehari-hari.

Mengutip berbagai sumber, berikut enam alasan utama mengapa Gen Z sering kesulitan mengelola uang.

Baca juga:

Literasi keuangan nasabah PNM akan mencapai 2000 pelatihan pada bulan inklusi keuangan 2024

6 Alasan Generasi Z Sering Kehabisan Uang

Contoh pengelolaan keuangan

Baca juga:

Cara Mengetahui KTP Anda Disalahgunakan untuk Peminjaman atau Tidak, Cek di Sini!

1. Biaya hidup yang tinggi

Generasi Z menghadapi kenaikan biaya hidup, terutama untuk kebutuhan dasar seperti sewa, makanan, dan pendidikan. Kondisi perekonomian yang tidak stabil dan inflasi membuat mereka semakin sulit mengendalikan biaya.

2. Hutang

Hanya sedikit Gen Z yang memiliki hutang, seperti pinjaman mahasiswa, sehingga mereka tergoda untuk mengambil pinjaman online untuk memenuhi kebutuhan atau keinginannya. Tanpa perencanaan yang matang, suku bunga yang tinggi dan tenor yang pendek menjadikan utang ini menjadi beban yang sulit dilunasi.

Menurut berbagai pemberitaan, tingkat utang di kalangan milenial dan Gen Z dari pinjaman online semakin meningkat setiap tahunnya. Faktanya, menurut data terkini Kantor Jasa Keuangan (OJK), generasi milenial dan Gen Z menyumbang 37,17 persen kredit macet di pinjaman online.

3. Ketidakpastian pekerjaan

Contoh: Generasi Z sedang memasuki dunia kerja

Contoh: Generasi Z sedang memasuki dunia kerja

Pasar kerja yang tidak stabil berarti banyak Generasi Z yang bekerja paruh waktu atau kehilangan pekerjaan, sehingga menimbulkan ketidakpastian pendapatan. Kondisi tersebut membuat sulitnya menyisihkan uang untuk ditabung.

4. Penarikan kembali yang tidak terduga

Pengeluaran tak terduga, seperti tagihan medis atau perbaikan mobil, dapat dengan cepat menghabiskan tabungan mereka. Situasi ini seringkali membuat keuangan Gen Z terpuruk. Apalagi jika mereka tidak mempunyai dana darurat.

5. Kurangnya informasi keuangan

Tidak semua Gen Z mendapat pendidikan keuangan yang cukup sehingga belum mengetahui cara mengelola keuangan dengan baik. Hal ini pada akhirnya menyebabkan keputusan keuangan yang buruk.

Berdasarkan Survei Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2024, generasi Milenial dan Generasi Z pada kelompok usia 26-35 tahun memiliki indeks literasi keuangan gabungan, tradisional, dan syariah yang lebih tinggi dibandingkan kelompok usia lainnya. Namun, untuk kelompok usia 15-17 tahun dan 51-79 tahun merupakan segmen masyarakat yang tingkat literasi dan cakupan keuangannya paling rendah.

6. Kebiasaan konsumen

Tekanan media sosial untuk mengikuti tren dan gaya hidup terkini mendorong Gen Z melakukan pembelian dalam jumlah besar. Kebiasaan ini berpotensi semakin mempersulit penyelamatan Generasi Z. Apalagi saat ini ada istilah FOMO dan YOLO yang membuat Gen Z semakin boros.

Halaman berikutnya

2. Hutang

Halaman berikutnya



Sumber