Rabu, 30 Oktober 2024 – 22:08 WIB
VIVASemarang – Calon Gubernur Jawa Tengah nomor urut 01 Andika Perkasa mencatat mendalamnya permasalahan kesenjangan pendidikan di wilayah Jawa Tengah.
Baca juga:
Debat Pilkada Jateng, Andika Perkasa sediakan akses internet untuk nelayan
Ia menegaskan, disparitas rata-rata lama pendidikan antar daerah merupakan persoalan mendasar yang harus segera diatasi oleh siapa pun gubernur terpilih.
Hal itu disampaikan Andika pada debat publik perdana Pilgub Jateng yang digelar di MCC Semarang pada Rabu malam, 30 Oktober 2024.
Baca juga:
Inspirasi Nabi Muhammad, Taj Yasin: Kepemimpinan kita sedemikian rupa sehingga mengutamakan rakyat Jawa Tengah
Terkait hal itu, Andika menjelaskan, rata-rata lama sekolah warga Jateng yang berusia 25 tahun ke atas masih delapan tahun. Artinya, sebagian besar masyarakat tidak memperoleh manfaat dari pendidikan hingga sekolah menengah atas.
Baca juga:
Hendy menyikapi maraknya pungli di Jawa Tengah, Gus Yasin fokus pada peningkatan moral dan etika
Berdasarkan data, rata-rata lama pendidikan masyarakat Jawa Tengah berusia 25 tahun ke atas hanya sekitar delapan tahun, kata Andika dalam keterangannya.
Andika juga mencatat adanya disparitas yang mengejutkan di beberapa daerah di provinsi tersebut. Misalnya, di beberapa kota, lama pendidikan mencapai 11,5 tahun, sedangkan di beberapa daerah hanya 6,4 tahun.
Kesenjangan ini menunjukkan bahwa pemerataan akses dan kesempatan pendidikan belum sepenuhnya tercapai di berbagai wilayah di Jawa Tengah.
Menurut Andika, ketimpangan akses pendidikan erat kaitannya dengan tingkat kemiskinan. Rendahnya jumlah tahun sekolah mengakibatkan terbatasnya kesempatan kerja dan pendapatan, yang pada akhirnya berkontribusi terhadap tingginya angka kemiskinan di Jawa Tengah.
“Siapa pun gubernur terpilih harus mengatasi tantangan tersebut, apalagi upaya pengentasan kemiskinan sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan,” ujarnya.
Andika menegaskan, 10,47 persen penduduk Jawa Tengah masih berada di bawah garis kemiskinan dan angka tersebut harus diturunkan hingga nol pada tahun 2030 sejalan dengan tujuan SDG.
Andika menutup pernyataannya dengan menyatakan kesediaannya memberikan ide, menerima kritik, dan mendiskusikan konsep perbaikan dengan calon lain jika dipercaya sebagai pemimpin Jawa Tengah.
Ia menekankan pentingnya kerja sama dan kontribusi berbagai pihak untuk mewujudkan pemerataan pendidikan dan kesejahteraan di seluruh provinsi.
Halaman selanjutnya
Kesenjangan ini menunjukkan bahwa pemerataan akses dan kesempatan pendidikan belum sepenuhnya tercapai di berbagai wilayah di Jawa Tengah.