Selasa, 1 Oktober 2024 – 21:00 WIB
VIVA – Mantan Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NAT0) Jens Stoltenberg menanggapi dengan enteng perubahan doktrin nuklir Rusia. Politisi Norwegia itu menilai pendekatan rezim Vladimir Putin hanya sebatas retorika.
Baca juga:
Kawannya dibunuh Israel, Iran menolak kirim pasukan ke Gaza dan Lebanon
Pada awal September 2024, Rusia mengumumkan bahwa mereka sedang bersiap untuk merevisi doktrin nuklirnya. Tindakan ini diambil sebagai respons terhadap aktivitas negara-negara NATO yang terus memasok senjata ke Ukraina.
Hal ini tidak terkecuali dalam operasi lintas batas yang dilakukan tentara Ukraina mulai 6 Agustus 2024 di wilayah (provinsi) Kursk. Rusia telah mengirimkan sebagian senjata yang tersisa ke negara-negara NATO, yang merupakan bukti partisipasinya.
Baca juga:
Bentrokan api di Lebanon, Hizbullah melawan dua tentara elit Israel
Tampaknya, NATO tidak melupakan perubahan dalam doktrin nuklir Rusia. Stoltenberg yang baru saja menyelesaikan masa jabatan Sekretaris Jenderal NATO mengaku tidak khawatir dengan hal tersebut.
Baca juga:
Panglima TNI Hadiri Kepala Staf pada Upacara Hari Santo Pancasila di Lubang Buaya
Stontenberg meremehkan ancaman Moskow dan menyebut tindakan Putin hanyalah retorika.
Stoltenberg mengatakan di Brussels, Belgia, Senin, 30 September 2024: “NATO belum mendeteksi adanya perubahan dalam postur nuklir Rusia, yang memerlukan perubahan di pihak kita.”
“Apa yang kami lihat adalah pola retorika dan pesan nuklir Rusia, dan ini sesuai dengan pola tersebut,” katanya. VIVA militer dari Rusia Hari Ini.
Stoltenberg terus menekankan bahwa revisi doktrin nuklir merupakan upaya Rusia untuk mencegah negara-negara NATO mendukung Ukraina.
Stoltenberg menegaskan bahwa sikap Rusia terhadap dukungan NATO terhadap perjuangan bekas Uni Soviet tidak akan berpengaruh.
“Setiap kali kami meningkatkan dukungan kami dengan senjata jenis baru, tank tempur, senjata jarak jauh atau (pesawat tempur). F-16Rusia berusaha mencegah kami. (Doktrin nuklir Rusia yang diperbarui) seharusnya tidak menghalangi sekutu NATO untuk mendukung Ukraina,” kata Stoltenberg.
Sebagai informasi, Stoltenberg menyelesaikan masa jabatan ke-13 sebagai Sekretaris Jenderal NATO pada 1 Oktober 2014.
Kemudian Stoltenberg dijabat oleh Mark Rutte yang juga merupakan Perdana Menteri Belanda.
Halaman berikutnya
“Apa yang kami lihat adalah pola retorika dan pesan nuklir Rusia, dan ini cocok dengan pola tersebut,” ujarnya, seperti dilansir VIVA Military dari Russia Today.