Rabu, 4 September 2024 – 19:51 WIB
Jakarta, VIVA – Kementerian Agama telah menulis surat kepada Kementerian Komunikasi dan Informatika tentang penyiaran azan Maghreb dan Masjidil Haram bersama Paus Fransiskus. Surat yang ditandatangani Direktur Jenderal Bimbingan Islam Qamaruddin Amin dan Suparman itu merupakan tanggapan terhadap surat yang disampaikan Komite Visitasi Paus Fransiskus.
Baca juga:
Komentar! Jemaah yang hendak merayakan Misa bersama Paus Fransiskus di GBK akan menjalani pemeriksaan fisik
Surat Kemenag kepada Cominfo merupakan permintaan dan memuat dua pasal. Yuk lanjutkan browsing artikel selengkapnya di bawah ini.
Pertama, Misa bersama Paus Fransiskus diusulkan untuk disiarkan pada 5 September 2024 pukul 17.00-19.00 WIB di seluruh televisi nasional.
Baca juga:
MUI menyatakan tidak ada pelanggaran terhadap azan yang disiarkan televisi dengan teks yang dikumandangkan saat misa
Kedua, agar tanda waktu terbenamnya matahari ditampilkan dalam bentuk teks pertunjukan, sehingga Misa dapat diikuti sepenuhnya oleh umat Katolik Indonesia.
Baca juga:
Panglima TNI jamin GBK besok aman, hanya misa bersama Paus Fransiskus
Jadi pada dasarnya pengumuman malam di TV akan disampaikan dengan teks yang berlaku. Sedangkan azan tetap diterima di masjid dan musala. Komentar Juru Bicara Kementerian Agama Sunanto di Jakarta, Rabu 4 September 2024.
Sunanto menegaskan, surat tersebut hanya merujuk pada tayangan azan magrib di televisi yang biasanya hanya mengacu pada matahari terbenam di Jakarta (WIB).
“Azan magrib di Indonesia bagian timur masih bisa dikumandangkan karena merupakan waktu sebelum salat.” ujarnya, seperti dilansir berita resmi Kementerian Agama.
Sunanto meyakini masyarakat Indonesia secara keseluruhan diakui sebagai umat beragama dan mendukung toleransi sehingga memahami upaya Kementerian Agama. Inilah jalan tengah sebagai wujud kehidupan dalam keberagaman.
“Semua orang bisa menunaikan ibadahnya. Misa berlanjut. Peringatan masuk Maghrib disampaikan melalui teks mengalir, dan adzan dikumandangkan di masjid-masjid dan musala. kata Sunanto.
“Umat Katolik salat di masjid, umat Islam tetap salat sore.” Ini adalah potret toleransi dan keharmonisan masyarakat Indonesia yang dikagumi dunia.” dia menekankan.
“Pada saat yang sama, ini merupakan kontribusi besar umat Islam terhadap toleransi di Indonesia dan dunia.” lanjutnya.
Sunanto menambahkan, azan magrib sebenarnya disiarkan di televisi untuk membantu umat Islam yang sedang menonton televisi untuk melaksanakan salat.
“Saya tidak tahu apakah ada umat Islam yang menonton doa bersama Paus Fransiskus di TV? Kalaupun ada, kami akan ingatkan ketika Maghrib masuk melalui teks streaming.” dia menekankan.
Halaman berikutnya
Sunanto meyakini masyarakat Indonesia secara keseluruhan diakui sebagai umat beragama dan mendukung toleransi sehingga memahami upaya Kementerian Agama. Inilah jalan tengah sebagai wujud kehidupan dalam keberagaman.