Rabu, 4 September 2024 – 23:09 WIB
Jakarta, VIVA – Legenda urban atau legenda modern sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat di seluruh nusantara. Salah satu cerita yang menghantui masyarakat Belitung adalah legenda hantu Penebok yang dipercaya sebagai sosok yang mencabut kepala korbannya untuk dikorbankan.
Baca juga:
Sinopsis film “The Curse of Cinderella” akan tayang di Indonesia mulai 4 September 2024.
Kisah ini kembali muncul dalam film horor baru berjudul “The Bell: Call to Death” yang diproduksi oleh rumah produksi Sinemata Buana Kreasindo. Pindah.
Masyarakat Belitung percaya bahwa hantu Penebok muncul setelah ia berhasil lepas dari jebakan gaibnya. Sebagai makhluk luar biasa penuh misteri, Penebok dikenal dengan kemampuannya mengambil kepala korban yang dianggap sebagai syarat pengorbanan.
Baca juga:
Cara Daftar Fesbul Locus 8 Bagi Sineas Muda Sumatera
Haji Sahani Saleh, tokoh masyarakat Belitung atau biasa disapa Sanem, mengatakan: “Nenek moyang kami biasa menakut-nakuti anak-anaknya dengan hantu Penebok dengan menggunakan kepala sebagai korban.”
Baca juga:
10 fakta menarik tentang film brutal
Meski tak sepopuler hantu lain seperti kuntilanak, pokong atau Nii Roro Kidul, Penebok sudah menjadi bagian penting dalam cerita rakyat Belitung. Menurut cerita yang berkembang, Penebok merupakan perwujudan dari roti Holland yang terbunuh secara tragis saat mempertahankan tanahnya.
Kisah mistis ini diturunkan secara turun temurun dan menjadi bagian tak terpisahkan dari legenda Belitung. Bahkan, beberapa media juga memberitakan penemuan mayat tanpa kepala di Belitung yang semakin memperkuat kepercayaan masyarakat akan keberadaan hantu Penebok.
Ringing the Bell: Ringing the Dead mengangkat legenda Penebok dengan sentuhan sinematik yang mendalam. Selain fokus pada legenda Penebok, film ini juga mengupas legenda lain, yaitu lonceng keramat milik dukun Belitung. Lonceng tersebut dipercaya mempunyai kekuatan untuk mengusir makhluk halus seperti setan dan makhluk halus penasaran, termasuk Penebok.
Menurut produser eksekutif The Bell, Budi Julianto, film ini merupakan film ketiga yang mengeksplorasi keindahan dan misteri Belitung Timur setelah Laskar Pelangi dan A Man Called Ahok. Ia menyebut Belitung Timur sebagai “studio alam raksasa” yang menawarkan beragam lingkungan alam seperti pantai berpasir lembut, bangunan tua kolonial, dan kontur pegunungan yang sempurna untuk keperluan sinematik.
Produksi The Bell: The Call to Death memakan waktu 16 hari di Belitung Timur. Film tersebut dibintangi oleh sederet aktor dan aktris ternama antara lain Ratu Sofia, Bhisma Mulia, Givina Devi, Syalom Razade, dan Mathias Muchus. Jay Sukmo yang ditunjuk sebagai sutradara menggandeng Multi Buana Kreasi dan Sinemata Productions untuk menghidupkan kisah horor ini ke layar lebar.
Menghidupkan kembali berbagai unsur horor, Ringing the Bell: Call of Death diharapkan dapat menambah warna baru dalam dunia film horor Tanah Air.
“Dari sekian banyak urban legenda yang diketahui penonton bioskop, kami ingin cerita hantu dan legenda Penebok juga menjadi bagian dari liga horor Indonesia,” kata Budi Yulianto.
Halaman berikutnya
Ringing the Bell: Ringing the Dead mengangkat legenda Penebok dengan sentuhan sinematik yang mendalam. Selain fokus pada legenda Penebok, film ini juga mengupas legenda lain, yaitu lonceng keramat milik dukun Belitung. Lonceng tersebut dipercaya mempunyai kekuatan untuk mengusir makhluk halus seperti setan dan makhluk halus penasaran, termasuk Penebok.