Perdana Menteri Thailand Sretta Thavisin dicopot dari jabatannya atas perintah pengadilan

Kamis, 15 Agustus 2024 – 10:42 WIB

Bangkok, VIVA – Mahkamah Konstitusi memutuskan Perdana Menteri Sretta Tavisin bersalah atas pelanggaran etika berat karena menunjuk mantan narapidana Pichit Chuenban ke jabatan Menteri Kabinet. Keputusan tersebut menyebabkan pemecatan Sretta setelah kurang dari setahun bekerja.

Baca juga:

Perdana Menteri Thailand Sretta Thavisin memecat mantan menteri yang divonis bersalah tersebut.

Keputusan Rabu ini juga mengakhiri seluruh posisi di kabinet, namun para menteri akan tetap pada posisi sementara. Wakil Perdana Menteri Phumtam Vechayachai akan bertindak sebagai Perdana Menteri sampai Perdana Menteri baru dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat.

Sretta mengatakan di Gedung Pemerintah bahwa dia menghormati keputusan pengadilan, meskipun itu tidak sesuai dengan harapannya.

Baca juga:

Hendry dijanjikan pekerjaan di Thailand dengan gaji Rp 159 juta per bulan, namun malah ditangkap di Myanmar.

“Saya tidak punya wewenang. Kekuasaan kini ada di tangan perdana menteri sementara,” katanya.

Baca juga:

Chery Omoda E5 diluncurkan di Thailand dengan harga lebih murah dibandingkan di Indonesia

“Jika Phumtam tidak dapat mengambil alih peran sementara, Wakil Perdana Menteri Surya Huanggruangruangkit akan mengambil alih,” kata Sretta, seperti dikutip situs Bangkok Post.

Menurut politisi kaya properti ini, pemerintahan berikutnya akan menentukan kebijakan utama pemerintah, termasuk rencana dompet digital 10,000 baht, inisiatif uang tanah, dan proyek soft power.

Sretta mengaku tetap ingin berkontribusi kepada bangsa melalui peran lainnya.

Indeks saham Thailand turun 17 poin setelah putusan dibacakan, namun pulih hingga mengakhiri hari di 1,292.65, turun 5,10 poin dari Selasa.

Sembilan hakim agung memberikan suara 5-4 untuk memecat Sretta. Perdana Menteri tidak berpartisipasi dalam proses tersebut, tetapi mengirimkan sekretaris jenderalnya, Prommin Lertsuridge.

Mantan senator Direkrit Jenkrongtham, Somchai Sawaengkarn dan Prapan Kunmi mewakili kelompok yang terdiri dari 40 mantan anggota Majelis Tinggi yang mengajukan pengaduan awal terhadap Sretta.

Halaman selanjutnya

Sretta mengaku tetap ingin berkontribusi kepada bangsa melalui peran lainnya.

Halaman selanjutnya



Sumber