Seorang pakar otomotif mengatakan masyarakat Indonesia memang enggan membeli mobil bekas

Sabtu, 13 Juli 2024 – 10:27 WIB

VIVA – Harga mobil baru di Indonesia semakin mahal, walaupun diproduksi secara lokal, namun dengan kenaikan pajak, biaya tenaga kerja, peningkatan bahan baku dan peningkatan margin merek, maka harga tersebut menjadi terlalu tinggi.

Baca juga:

Terkait kelanjutan insentif kendaraan hybrid, Kementerian Perindustrian mengungkapkan hal tersebut

Faktanya, penurunan penjualan mobil baru saat ini antara lain disebabkan oleh rata-rata masyarakat Indonesia yang tidak mampu membeli mobil baru. Oleh karena itu, mobil bekas lebih banyak peminatnya.

Padahal, menurut pengamat mobil dari Lembaga Penelitian Ekonomi dan Sosial (LPEM) Universitas Indonesia, Riyanto, masyarakat memang enggan membeli mobil bekas jika harga mobil baru terjangkau.

Baca juga:

Jika diskon PPnBM mobil kembali dilakukan untuk meningkatkan penjualan, apakah hanya menguntungkan orang kaya?

Riyanto mencontohkan peningkatan penjualan mobil baru rata-rata 21,3 persen antara tahun 2000 hingga 2013, hal ini bisa dicapai karena ditopang oleh peningkatan pendapatan per kapita sebesar 28,2 persen.

Sementara pendapatan per kapita hanya tumbuh 3,65 persen pada 2013 hingga 2022, sehingga pasar mobil menyusut rata-rata 1,64 persen per tahun. Pertumbuhan ekonomi tahunan tidak sebanding dengan kenaikan harga mobil.

Misalnya saja, harga Avanza tipe G pada 2013 hanya Rp 160 juta, sedangkan pada 2023 mencapai Rp 255 juta. Dengan demikian, peningkatan pendapatan per kapita tidak bisa mencapai harga mobil baru.

Baca juga:

Selamat, Anda telah menerima saldo Rp 700 ribu dari 70 Kartu Prakerja Anda!

Dampaknya, penjualan mobil bekas akan meningkat menjadi 1,4 juta unit pada tahun 2023, naik dari hanya 0,5 juta unit pada tahun 2013, dibandingkan penjualan mobil baru yang hanya 1 juta unit, dan terjadi penurunan daya beli.

Berdasarkan data yang dimilikinya, untuk Pulau Jawa pada tahun 2023 terjadi sekitar 64 persen pembelian mobil bekas. Sementara itu, penjualan mobil baru di Jawa dan Bali pada tahun 2022 mengalami penurunan sebesar 33 persen dibandingkan tahun 2013, dan di luar Pulau Jawa pembelian mobil bekas juga akan mendominasi hingga mencapai 56 persen dari pembelian mobil tahun lalu.

“Sebenarnya mobil tua tidak menjadi incaran masyarakat. Jika Anda punya uang, lebih baik punya mobil baru. Namun kesenjangan harga antara mobil baru dan bekas semakin melebar. “Harga mobil bekas juga turun drastis sehingga semakin produktif,” ujarnya dalam diskusi Forum Jurnalis Industri (Forwin) pada Sabtu, 13 Juli 2024.

Oleh karena itu, diperlukan kebijakan baru pemerintah untuk meningkatkan penjualan mobil baru yang mengalami penurunan dan stagnan, seperti yang diusulkan Kementerian Perindustrian pada kesempatan yang sama.

Kementerian Perindustrian mengusulkan agar kendaraan baru produksi dalam negeri mendapat insentif fiskal berupa pembebasan PPnBM (Pajak Pertambahan Nilai Barang Mewah) pada kategori tertentu.

Menurut pakar otomotif tersebut, salah satu solusinya adalah dengan menawarkan insentif dalam jangka pendek dan jangka panjang untuk membatasi pasar mobil baru sebesar 1 juta unit.

Sebelumnya, menurut OLX Indonesia sebagai salah satu platform dan showroom mobil bekas terbesar di Indonesia, selama Januari-Juni 2024, hampir 20 juta orang mencari mobil bekas dengan mengunjungi situsnya.

Pada semester tersebut, mobil bekas paling banyak digemari masyarakat Indonesia, pertama SUV, kemudian MPV dan seterusnya. mobil hatchbackdengan merek Yang paling populer adalah Toyota, Honda, Daihatsu, Suzuki dan Mitsubishi.

Halaman selanjutnya

Kementerian Perindustrian mengusulkan agar kendaraan baru produksi dalam negeri mendapat insentif fiskal berupa pembebasan PPnBM (Pajak Pertambahan Nilai Barang Mewah) pada kategori tertentu.



Sumber