Sabtu, 13 Juli 2024 – 03:04 WIB
Jakarta – Kepala Kantor Presiden Jenderal TNI (Purn) Moeldoko menilai ego sektoral masih menjadi salah satu tantangan utama dalam mempercepat implementasi kebijakan peta terpadu. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya kerja sama kementerian/lembaga untuk berkolaborasi dalam mengatasi lahan reklamasi di lapangan karena penting bagi kawasan hutan dan non hutan.
Baca juga:
RPP Gas Bumi untuk Kebutuhan Dalam Negeri Berkontribusi Bagi Industri Nasional, Ini Penjelasannya
Saya mohon dengan tulus kepada kementerian dan lembaga, baik pusat maupun daerah, untuk meninggalkan egonya, kata Moeldoko dalam KTT Kebijakan Peta Terpadu 2024 di Jakarta, dikutip Jumat, 12 Juli 2024.
Baca juga:
BI memperpanjang keistimewaan kartu kredit hingga 31 Desember 2024
Jelas bahwa Kebijakan “Peta Satuan” merupakan arah strategis bagi terciptanya kesatuan peta nasional yang akurat, terpadu, dan menjadi landasan pengambilan keputusan yang tepat dan bertanggung jawab dalam rangka percepatan pembangunan nasional. Kebijakan Satu Peta dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada tahun 2016 melalui Peraturan Presiden Nomor 9 tentang Percepatan Penerapan Kebijakan Satu Peta.
Moeldoko mengatakan, Kantor Presiden bersama Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Satuan Tugas Nasional Pencegahan Korupsi KPK (Stranas PK) terus memantau Kebijakan Satu Peta dengan memantau dan mengevaluasi rencana aksi.
Baca juga:
Jarot PDIP Sebut Pembangunan IKN Terpaksa, Grace Nathalie Ingatkan “Waspadalah terhadap Slippage”
Ia juga mengapresiasi Kementerian Koordinator Perekonomian yang menindaklanjuti rencana aksi tersebut dengan teknis pelaksanaan di lapangan melalui pilot project di beberapa daerah seperti Kotawaringin Baru dan Pasuruan.
Dampaknya, lanjutnya, selama tahun 2019 hingga 2024 terjadi penurunan inkonsistensi pemanfaatan ruang (gabungan) secara signifikan, yakni dari 77,38 juta hektar atau 40,6 persen luas daratan nasional menjadi 57,41 juta hektar atau 30,1 persen dari luas daratan tampaknya Nasional “Pilot project ini bisa menjadi percontohan bagi daerah lain,” ujarnya.
Moeldoko memaparkan tiga gagasan untuk mempercepat implementasi kebijakan peta terpadu. Pertama, pemanfaatan Geoportal Peta Terpadu untuk menyelesaikan permasalahan konvergensi tata ruang, hutan, batas wilayah, perizinan dan hak atas tanah khususnya pada proyek strategis nasional. “Untuk meminimalisir perselisihan terkait peta yang digunakan,” ujarnya.
Kedua, tambah Moeldoko, melakukan konsolidasi data agar tidak ada lagi duplikasi data dan terciptanya perencanaan pelaksanaan program yang efektif. Ketiga, keterlibatan masyarakat dari lembaga swadaya masyarakat seperti akademisi, masyarakat sipil, dan asosiasi dunia usaha. Terutama dalam konteks penyelesaian konflik pertanahan, perdagangan dan investasi, ujarnya.
Halaman selanjutnya
Moeldoko memaparkan tiga gagasannya untuk mempercepat implementasi kebijakan peta tunggal. Pertama, pemanfaatan Geoportal Peta Terpadu untuk menyelesaikan permasalahan konvergensi tata ruang, hutan, batas wilayah, perizinan dan hak atas tanah khususnya pada proyek strategis nasional. “Untuk meminimalisir perselisihan terkait peta yang digunakan,” ujarnya.