Sederet Permasalahan Ekonomi Pemerintahan Prabowo-Gibran: Lapangan Kerja hingga Defisit APBN

Jumat, 12 Juli 2024 – 05:00 WIB

Jakarta – Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwe buka-bukaan tentang tantangan yang akan dihadapi pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka ke depan di bidang perekonomian.

Baca juga:

Prabowo akan membentuk 41 kementerian, kata ekonom tersebut, dan dapat membiayai pengeluaran rutin pemerintah

Hans mengatakan, tantangan pertama, Prabowo perlu menciptakan lapangan kerja. Artinya, daya beli masyarakat akan menurun.

“Pertama pemerintah perlu menciptakan lapangan kerja, ada tanda-tanda daya beli masyarakat sedang turun. Kemudian perlu menciptakan lapangan kerja untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” kata Hans saat ditemui di Graha Niaga, Sudirman, Jakarta, Kamis, 11 Juli. 2024.

Baca juga:

Dasco mengatakan pemerintahan Prabowo akan disiplin fiskal dan fokus pada penciptaan lapangan kerja

Ekonom keuangan dan spesialis pasar modal, Hans Qui

Selain itu, kata Hans, pemerintahan Prabowo-Gibran harus menjaga defisit anggaran. Sebab, saat ini diketahui ada kekhawatiran defisit APBN meningkat lebih dari 3 persen pada tahun 2025 akibat program pangan gratis.

Baca juga:

Rupee menguat ke Rp 16.100/AS, ekonom proyeksikan Rp 15.800 di akhir tahun

Kedua, menjaga defisit anggaran. Defisit anggaran harus dijaga agar rupee tetap stabil, tambahnya.

Sebelumnya, Institute for Economic Development and Finance (Indef) menyebut menteri-menteri di kabinet Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka akan kebingungan jika tidak bisa mengatasi situasi perekonomian saat ini. Karena saat ini dunia sedang dikelilingi oleh suku bunga tinggi dan situasi geopolitik.

“Siapa pun yang menjadi menteri diperkirakan akan kebingungan jika tidak mampu mendinamisasi situasi perekonomian di tengah masih tingginya suku bunga global (FR). Ini akan berdampak besar pada suku bunga dalam negeri. Nilai tukar” CEO Indef Tawheed Ahmed ungkapnya dalam keterangannya, Rabu, 1 Mei 2024.

Tauhid mengingatkan, pemerintah hendaknya melihat kondisi ke depan guna menentukan arah kebijakan. Sebab pada tahun 2025, menurutnya akan terjadi stagnasi perekonomian global sebesar 3,1-3,2 persen.

“Pertumbuhan ekonomi negara-negara maju mitra dagang Indonesia belum meningkat secara signifikan, sedangkan Amerika sedang mengalami resesi ekonomi. Ketegangan perekonomian di Timur Tengah masih terus diwaspadai dampaknya terhadap situasi perekonomian global,” jelasnya

Halaman selanjutnya

“Siapa pun yang menjadi menteri diperkirakan akan kebingungan jika tidak mampu mendinamisasi situasi perekonomian di tengah masih tingginya suku bunga global (FR). Ini akan berdampak besar pada suku bunga dalam negeri,” kata CEO Indef Tawheed Ahmed dalam sebuah pernyataan. pernyataan pada Rabu, 1 Mei 2024.

Halaman selanjutnya



Sumber