Jumat, 12 Juli 2024 – 05:00 WIB
Jakarta – Penerimaan peserta didik baru (PPDB) mengalami kendala berulang setiap tahunnya. Hal ini mendorong Wakil Ketua Komisi
Baca juga:
Persoalan PPDB banyak, DPR kecewa dengan kegiatan Kemendikbud setiap tahunnya.
“Kita sudah PPDB tujuh tahun, formatnya masih sama. “Itu yang dikatakan orang-orang ya, seperti yang dikatakan teman-teman, sepertinya harus ada perubahan yang radikal,” ujarnya di Komisi DKI Jakarta, Selasa, 9 Juli 2024.
“Saya usulkan tiga opsi, saya berharap ketiga opsi ini nanti bisa dilihat pada pemerintahan berikutnya,” ujarnya.
Baca juga:
Ijazah sekolah ditangguhkan, saudara-saudari miskin di Brebes kesulitan mendapatkan pekerjaan
Opsi pertama adalah membangun sekolah baru. Opsi ini tentu akan memakan anggaran, namun menurutnya bisa lebih baik dibandingkan transfer keuangan daerah (TKD).
“Kalau setiap tahun diinvestasikan Rp 50 triliun, maka (pembangunan sekolah baru) akan selesai dalam 10 tahun. Jadi, untuk membangun sekolah baru, ini adalah pilihan utama. “Tentu butuh waktu, butuh aset, dan sebagainya,” ujarnya.
Baca juga:
Tanggapan Partai Demokrat terhadap pengisian jabatan pimpinan RDK oleh seluruh partai politik di parlemen
Kedua, politisi Fraksi Partai Demokrat juga menyetujui usulan anggota Komisi X lainnya untuk memberdayakan sekolah swasta dalam proses PPDB. Berdasarkan ini keluar Semua lulusan sekolah dapat ditempatkan pada jenjang sekolah berikutnya.
Intinya produk SD semua ada di SMP, produk SMP semua ada di SMA. Entah itu sekolah negeri atau swasta. “Tapi kita tentu butuh dukungan dari pihak swasta, ya guru, ya laboratorium, ya sarana dan prasarana, ya biaya operasional,” ujarnya.
Mendorong pemerintah daerah untuk mendukung sekolah swasta juga diperlukan. Dengan demikian, pemerintah daerah juga bisa membantu anggaran sekolah swasta dengan mentransfer dana ke daerah.
Dengan memberdayakan sekolah swasta, kita bisa mengatasi permasalahan sekolah swasta yang saat ini belum memiliki siswa.
Jadi pilihan terakhir adalah memodifikasi sistem PPDB.
“Opsi ketiga yang hanya saya sesali adalah mengubah PPDB. Judulnya nanti kembali ke NEM kue, tolong, Anda ingin kembali ke mana. Tapi kalau tidak berubah, itu berlebihan. Oleh karena itu, pemerintah harus memiliki komitmen yang sama ke depan, tutupnya.
Baca artikel menarik lainnya dari VIVA Education di tautan ini.
Halaman selanjutnya
Intinya produk SD semua ada di SMP, produk SMP semua ada di SMA. Entah itu sekolah negeri atau swasta. “Tapi kita tentu butuh dukungan dari pihak swasta, ya guru, ya laboratorium, ya sarana dan prasarana, ya biaya operasional,” ujarnya.